Jumat, 16 Januari 2015

METROLOGI INDUSTRI : Pengukuran Kekasaran Permukaan

1.      JUDUL PRAKTIKUM
Pengukuran Kekasaran Permukaan Hasil Proses Turning, Milling, dan Silinder Grinding Machine
2.      KOMPETENSI PRAKTIKUM
a.      KOMPETENSI DASAR
Melakukan pengukuran kekasaran permukaan dengan cara dan prosedur yang benar
b.      SUB KOMPETENSI DASAR
1.      Melakukan pengukuran kekasaran secara tidak langsung dengan cara meraba (touch inspection)
2.      Melakukan pengukuran kekasaran secara tidak langsung dengan cara melihat/ mengamati(visual  inspection)
3.      Melakukan pengukuran kekasaran secara langsung dengan roughness tester
3.      DASAR TEORI
            Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memeriksa tingkat kekasaran permukaan. Cara yang paling sederhana adalah dengan meraba atau menggaruk permukaan yang diperiksa. Cara lain yang lebih teliti adalah dengan menggunakan peralatan yang dilengkapi dengan jarum peraba (stylus). Peralatan ini memiliki sistem kerja berdasarkan prinsip elektris. Dengan peralatan yang dilengkapi dengan stylus maka hasil pengukuran permukaan dapat langsung dibaca. Bila dilihat dari proses pengukurannya maka cara pengukuran permukaan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: pengukuran permukaan secara tak langsung atau membandingkan dan pengukuran permukaan secara langsung.
            Dalam pemeriksaan permukaan secara tidak langsung atau membandingkan ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain dengan meraba (touch inspection), melihat/mengamati (visual  inspection), menggaruk (scratch inspection), dengan mikroskop (microscopic inspection) dan dengan potografi permukaan (surface photographs).
            Pemeriksaan kekasaran secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara meraba. Dengan kepekaan perasaan dalam meraba maka dapat dirasakan kasar halusnya suatu permukaan. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kehalusannya biasanya dilakukan dengan permukaan standar (surface finish comparator). Permukaan benda ukur yang akan diperiksa diraba dengan ujung jari, kemudian ganti meraba beberapa lempengan alat ukur pembanding kekasaran permukaan. Bila dirasakan ada salah satu lempengan yang tingkat kehalusannya sama dengan kehalusan dari permukaan yang diperiksa, maka kehalusan permukaan yang diperiksa adalah sama dengan kehalusan permukaan pembanding. Angka tingkat kehalusan/kekasaran bisa dibaca pada lempengan pembanding (surface finish comparator).
            Pemeriksaan permukaan secara langsung adalah dengan menggunakan peralatan yang dilengkapi dengan peraba yang disebut stylus. Stylus merupakan peraba dari alat ukur kekasaran permukaan yang bentuknya konis atau piramida. Bagian ujung dari stylus ini ada yang berbentuk rata dan ada pula yang berbentuk radius. Untuk ujung stylus yang berbentuk radius, jari-jari keradiusannya biasanya sekitar 2 mm. Bila stylus bergeser maka setiap perubahan yang dialami oleh stylus karena permukaan yang tidak halus akan nampak pada kertas grafik dari peralatan ukurnya karena perubahan ini terekam secara otomatis.

4.      PROSEDUR PRAKTIKUM
a.      ALAT UKUR DAN PERLENGKAPAN YANG DIPAKAI
1.      Benda ukur
2.      Surface finish comparator
3.      Kaca Pembesar/ Lup
4.      Alat-alat pembersih
b.      KESELAMATAN KERJA
1.      Benda ukur dan alat ukur harus dalam keadaan bersih
2.      Letakkan benda ukur dan alat ukur dengan benar dan jangan bertumpuk
3.      Berhati-hatilah dalam menggunakan alat ukur agar tidak terjadi kerusakan.
c.       PROSEDUR / LANGKAH PENGUKURAN
1.      Ambil benda yang akan diukur
2.      Tandai panjang pengukuran
3.      Lakukan pengukuran dnegan surface finish comparator dengan terlebih dahulu meraba permukaan benda ukur kemudian bandingkan dengan surface finish comparator
4.      Lakukan pengukuran dengan surface finish comparator dengan terlebih dahulu melihat permukaan benda ukur kemudian bandingkan dengan surface finish comparator, Lakukan dengan bantuan kaca pembesar(Lup)
5.      Catat hasil pengukuran
d.      DATA UKUR
PERCOBAAN
DIMENSI
SURFACE FINISH COMPARATOR
VISUAL INSPECTION
TOUCH INSPECTION
Turning
Rt
25
25
Rp
16
16
Ra
0
0
Rz
20
20
Surface Grinding Slindris
Rt
10
10
Rp
3
3
Ra
1.7
1.7
Rz
7.5
7.5
Milling
Rt
10
10
Rp
7
7
Ra
2.3
2.3
Rz
8.5
8.5

e.       ANALISA DATA UKUR
Setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan surface finish comparator didapatkan hasil sebagai berikut :
Untuk bahan yang dikerjakan dengan proses bubut(turning) dengan cara visual dan touch inspection didapatkan hasil yang sama, yaitu : Rt = 25, Rp = 16, Ra = 0, dan Rz = 20.
Untuk bahan yang dikerjakan dengan proses gerinda silindris(Surface Grinding Silindris) dengan cara visual dan touch inspection didapatkan hasil yang sama, yaitu : Rt = 10, Rp = 3, Ra = 1.7, dan Rz = 7.5.
Untuk bahan yang dikerjakan dengan proses frais(Milling) dengan cara visual dan touch inspection didapatkan hasil yang sama, yaitu : Rt = 10, Rp = 7, Ra = 2.3, dan Rz = 8.5.
Dimana Rt adalah Kedalaman total, Rp adalah kedalaman perataan, Ra adalah kekasaran rata-rata aritmatis, sedangan Rz hamper sama dengan Ra.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa hasil yang didapat antara touch dan visual inspection didapatkan hasil yang sama. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat ketelitian dari kedua cara ini sama.
f.       KESIMPULAN PENGUKURAN
1.      KESIMPULAN TENTANG ALAT UKUR
 Dari pengukuran ini dapat disimpulkan bahwa alat ukur berupa surface finish comparator ini merupakan pengukuran kekasaran permukaan tak langsung.  Alat yang paling mudah digunakan dalam mengukur kekasaran permukaan. Dimana kita hanya membandingkan hasil dari suatu permukaan dengan alat ukur ini. Namun, penggunaan alat ini menuntun kita untuk teliti dalam mengamati antara alat ini dengan permukaan dari benda.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih baik, bisa menggunakan alat yang disebut Surface Roughness Tester. Dimana kita hanya mengoreskan ujung stlus dengan jarak tertentu kemudian data yang diperlukan langsung bias dibaca, pengukuran ini disebut pengukuran kekasaran permukaan langsung.
2.      KESIMPULAN DATA HASIL PENGUKURAN
Dari data hasil  pengukuran kekasaran permukaan ini dapat disimpulkan :
benda yang dikerjakan dengan proses grinding memiliki kualitas permukaan paling halus diantara ketiganya, kemudian proses milling dan yang terakhir proses turning.
Data ini bisa terjadi pinyampangan, hal ini bisa disebabkan karena beberapa hal, diantaranya temperature ruangan yang tidak sesuai, kesalahan dalam pembacaan, dan tekanan pada waktu pengukuran.




5.      LAMPIRAN

Kamis, 01 Januari 2015

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN : Membangun Lingkungan Pendidikan

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN











MEMBANGUN LINGKUNGAN
PENDIDIKAN








Disusun Oleh :
Nama Mahasiswa            : Yondi Akhiruddin
NIM/Kelas                       : 13503241016 /A1
Prodi                                : Pendidikan Teknik Mesin-S1
Dosen Pengampu             : Hiryanto,M.Si.






PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014




KATA PENGANTAR

            Segala puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia yang Allah berikan sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ilmu pendidikan ini dengan judul “Membangun Lingkungan Pendidikan”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ilmu pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.
            Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik atas bantuannya.
 Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga penulis mengharapkan banyak kritik dan saran dari berbagai pihak untuk bahan perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang,





Yogyakarta, Desember 2014


Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
            Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dengan tujuan menciptakan manusia yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Pendidikan juga merupakan sesuatu yang khas yang ada pada manusia dan pendidikan berlangsung disegala waktu dan tempat.
Selanjutnya, berbicara tentang pendidikan yaitu berbicara tentang bagaimana membentuk seseorang yang berkualitas dan berkarakter sesuai dengan apa yang diinginkan. Sedangkan kualitas dan karakter akan terbentuk oleh berbagai faktor yang ada, dan di antaranya adalah lingkungannya. Semakin baik lingkungan pendidikannya, maka manusia yang dihasilkan pun akan baik. Lingkungan pendidikan sendiri meliputi lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan pendidikan masyarakat. Dimana ketiganya saling berkaitan dan berpengaruh terhadap cita-cita yang diharapkan. Hubungan timbal balik pendidikan di sekolah, keluarga dan masyarakat sangatlah penting karena sangat menentukan kejiwaan serta tingkah laku anak didik dalam kehidupan sosial masyarakat. Membangun lingkungan pendidikan akan sangat penting dalam upaya membantu perkembangan peserta didik yang optimal dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas muncul beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.       Apa pengertian dari lingkungan pendidikan?
2.       Apa yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat?
3.       Bagaimana membangun hubungan keluarga , sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan ?

1.3. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah dapat diketahui tujuan pembahasan materi ini yaitu :
1.       Mengetahui pengertian tentang lingkungan pendidikan.
2.       Mengetahui tentang pengertian dari lingkungan pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat
3.       Memgetahui membangun hubungan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Manusia memiliki kemampuan yang bisa dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efektif dan efisien itulah yang disebut pendidikan. Sedangkan latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat (Umar Tirtaraharja et. al., 1990:39-40 dalam Tirtarahardja, 2005:163).
Menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) dalam (Hartoto, 2008) yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan lingkungan pendidikan (Hartoto, 2008). Lingkungan pendidikan merupakan salah satu unsur di dalam pendidikan sebagai sebuah sistem (Nurchotimah, 2009). Menurut Kosim (2008), lingkungan pendidikan adalah suatu institusi atau kelembagaan dimana pendidikan itu berlangsung. Menurut Mudyahardjo (2008:3), lingkungan pendidikan adalah pendidikan berlangsung dalam segala lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya.
lingkungan pendidikan adalah suatu unsur dalam pendidikan berupa tempat, keadaan, alat, peristiwa, orang, benda yang berhubungan dengan pendidikan dan menunjang proses belajar mengajar hingga terwujudnya tujuan pendidikan. Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, sebab lingkungan pendidikan tersebut berfungsi menunjang terjadinya proses belajar mengajar secara aman, nyaman, tertib, dan berkelanjutan (Kosim, 2008).
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal (Hartoto, 2008). Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang UU SISDIKNAS Pasal 1 ayat 11-13, pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formalyang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Lingkungan disini dapat berupa masyarakat. Masyarakat akan dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya jika setiap individu belajar berbagai hal, baik pola-pola tingkah laku umum maupun peranan yang berbeda-beda. Untuk itu proses pendidikan harus berfungsi untuk mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi dan menyiapkan individu untuk peranan-peranan tertentu. Pelaksanaan pendidikan dilakukan melalui tiga kegiatan yaitu membimbing, mengajar, dan melatih (Ayat 1 Pasal 1 UU RI No. 2/1989 dalam Tirtarahardja, 2005:165). Meskipun ketiga kegiatan itu pada hakikatnya tri tunggal, namun dapat dibedakan aspek tujuan pokok dari ketiganya yaitu:
1. Membimbing, berkaitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi dari segi-segi perilaku umum (aspek afektif).
2. Mengajar, berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan (aspek kognitif).
3. Melatih, berkaitan dengan keterampilan dan kemahiran (aspek psikomotorik).
Pemantapan ketiga sisi tujuan pendidikan itu yakni manusia yang sadar akan harkat dan martabatnya, menguasai ilmu pengetahuan, dan memiliki suatu spesialisasi/keterampilan tertentu, yang disebut sebagai manusia seutuhnya. Di masa depan ketiga sisi itu sangat penting karena harus mampu menyesuaikan diri dengan era globalisasi dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan dari segi lain, harus mampu memenangkan persaingan yang semakin ketat dan tampil sebagai yang unggul dalam bidang spesialisasinya. Karena itu peningkatan fungsi ketiga lingkungan pendidikan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama akan sangat penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang bermutu.
Kehidupan manusia merupakan kehidupan yang terintegrasi dan kontinyu serta tidak dapat dilepaskan antara satu dengan lainnya. Manusia sepanjang hidupnya akan selalu menerima pengaruh dari lingkungan pendidikan. Ki Hajar Dewantara misalnya memperkenalkan dengan istilah tripusat pendidikan; yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, dimana anak mendapatkan pendidikannya (Soelaeman, 1988).




BAB III
PEMBAHASAN
2.1. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakungya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Jadi, lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, dan budaya), dan utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Selain itu, penataan lingkungan pendidikan tersebut terutama dimaksudkan agar proses pendidikan dapat berkembang efisien dan efektif.
2.2. Macam – Macam Lingkungan Pendidikan
Menurut Ki Hadjar Dewantara lingkungan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah dan lingkungan pendidikan masyarakat, yang disebut dengan tri pusat pendidikan.
2.2.1.      Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan anak ). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan baik.
Pendidikan keluarga berfungsi:
·         Proteksi : memberikan perlindungan, perawatan, serta penjagaan kepada anak.
·         Inisiasi : memperkenalkan sesuatu kepada anak ( nama benda, binatang, dsb).
·         Sosialisasi : mewarisi nilai, norma, kebiasaan serta adat istiadat yang dimiliki keluarga.
·         Eduksi : Memberi pengalaman belajar untuk bias berkembang.
2.2.2.      Lingkungan Pendidikan Sekolah
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, orang merasa tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai masa kedewasaan. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini dalam perkembangannya lebih lanjut dikenal sebagai sekolah. Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan.
Di sekolah, dibawah asuhan guru-guru, anak-anak memperoleh pengajaran dan pendidikan. Anak-anak belajar berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan, yang akan dijadikan bekal untuk kehidupan nanti di masyarakat. Inilah sebenarnya tugas utama sekolah. Sekolah bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut :
·         Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
·         Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak diberikan dirumah.
·         Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung serta ilmu lain yang berfungsi mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
·         disekolah diberikan peajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkn benar salah, dan sebagainya.
2.2.3.      Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Pengaruh-pengaruh dari masyarakat ini ada yang bersifat positif terhadap pendidikan anak, tetapi sebaliknya banyak pula yang bersifat negatif. Yang dimaksud dengan pengaruh yang bersifat positif di sini ialah, segala sesuatu yang membawa pengaruh baik terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Yaitu pengaruh-pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang baik dan berguna bagi anak itu sendiri, maupun baik dan berguna bagi kehidupan bersama.
Pengaruh yang positif dari masyarakat ini banyak kita jumpai dalam perkumpulan-perkumpulan pemuda, organisasi-organisasi pelajar atau mahasiswa, maupun organisasi-organisasi lain. Baik perkumpulan atau organisasi itu bergerak dalam lapangan kesenian-kebudayaan, olahraga, politik maupun  yang merupakan organisasi biasa yang bersifat menghimpun dan menyatukan para anggota, seperti halnya organisasi-organisasi pelajar atau mahasiswa dari suatu jenis sekolah atau fakultas. Misalnya BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Tetapi, perlu ditekankan di sini, bahwa organisasi atau perkumpulan pemuda yang memberikan pengaruh positif ini ialah organisasi atau perkumpulan pemuda yang diorganisasi secara baik dan “legal”. Bukan organisasi atau perkumpulan pemuda yang diorganisasi secara baik dan penuh disiplin, tetapi tidak legal atau “illegal”. Seperti halnya dengan adanya banyak group-group pada akhir-akhir ini, yang gerak tingkah lakunya sebagian besar lebi mendekati dengan “gang-gang” di luar negeri. Sedang yang dimaksud dengan pengaruh yang bersifat negatif ialah, segala macam pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang tidak baik dan merugikan baik, tidak baik dan merugikan bagi pendidikan dan perkembangan anak sendiri.
Pengaruh yang bersifat negatif ini tidak terhitung banyaknya di dalam masyarakat. Dan anehnya, pengaruh yang negatif ini sangat mudah diterima oleh anak , dan sangat kuat meresap di hati anak. Anak yang tadinya baik di rumah, setelah mendapat pengaruh dari temannya, akhirnya bisa menjadi anak berandalan. Oleh karena itu menjadi tugas dari orang tua untuk selalu mengadakan pengawasan terhadap putra-putrinya. Orang tua harus tahu dan mengawasi selalu, dengan siapa anaknya itu bercampur gaul. Bukan maksudnya di sini untuk membeda-bedakan kawan, tetapi justru untuk menjaga, agar si anak tidak terlanjur memperoleh pengaruh-pengaruh yang tidak menginginkan.
2.3. Membangun Hubungan antar Lingkungan Pendidikan untuk Mencapai Tujuan Pendidikan
Keluarga sebagai satuan organisasi terkecil di masyarakat mendapat peranan sangat penting karena membentuk kepribadian dan watak anggota keluarganya. Sedangkan masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga. Dari satuan terkecil itu terbentuklah gagasan untuk terus mewariskan standar watak dan kepribadian yang baik yang diakui oleh semua golongan masayarakat salah satu institusi yang mewarisakan kepribadian dan watak kepada masayarakat adalah sekolah.
Sekolah tidak akan terus berdiri jika tidak di dukung oleh masyarakat, maka dari itu kedua sistem sosial ini saling mendukung dan melengkapi. Jika di sekolah dapat terbentuk perubahan sosial yang baik berdasarkan nilai atau kaidah yang berlaku, maka masyarakat pun akan mengalami perubahan sosial.
Perkembangan peserta didik, dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni lingkungan proses perkembangan, dan anugerah sang Kuasa. Untuk faktor lingkungan, peranan tripusat pendidikan itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama untuk mencapai tujuan pendidikan yakni membangun dan menyiapkan sumber daya manusia pembangunan yang bermutu, bermartabat, dan manusia seutuhnya. Dan agar tercipta tujuan pendidikan tersebut maka hendaklah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat bersama-sama berperan aktif dalam hal memberikan pelatihan, pengajaran, pembimbingan, yang nantinya akan membantu anak-anak / peserta didik menemukan jati dirinya dengan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik.
Setiap lingkungan pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
1.  Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
2.     Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.
3.     Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Disamping peningkatan kontribusi setiap lingkungan pendidikan terhadap perkembangan peserta didik, diprasyaratkan pula keserasian kontribusi itu, serta kerja sama yang erat dan harmonis antar lingkungan .



BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan makalah tersebut adalah Ketiga macam lingkungan pendidikan(tripusat pendidikan) saling berhubungan. Lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama sedangkan sekolah merupakan pembimbing menuju tingkatan lingkungan yang lebih tinggi yaitu masyarakat.
Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang utuh dan bermartabat tidak hanya tergantung dari bagaimana sistem pendidikan itu dijalankan di lingkungan sekolah, namun juga memerlukan peran aktif serta konstribusi yang serasi dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sehingga tercipta suatu hubungan atau kerja sama yang erat dan harmonis antar lingkungan pendidikan.

3.2. Saran
Melihat kenyataan bahwa untuk memaksialkan pencapaian tujuan pendidikan membutuhkan hubungan timbal balik atau kerja sama yang erat dan harmonis maka diperlukan koordinasi yang baik antara lingkungan pendidikan. Misalkan dalam menentukan kurikulum lingkungan formal (sekolah) baiknya untuk mepertimbangankan faktor lingkungan keluarga dan masyarakat. Bahkan kalau memungkinkan melibatkan keluarga anak didik dan tokoh masyarakat dalam merumuskan kurikulum pendidikan sehingga dapat dihasilkan kurikulum yang efektif dan efisien sehingga mampu diterapkan dan dapat diterima dengan baik oleh pendidik dan peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA


Dwi Siswoyo,dkk. 2013. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press Universitas Negeri Yogyakarta.
Munib, Achmad.2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : Pusat Pengembangan MKU & MKDK LP3 Universitas Negeri Semarang
Tirtarahardja Umar, Sulo La, 2008, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka cipta
Yogi Rakhmawati. 2014.MAKALAH Pengertian, Fungsi, dan Jenis Lingkungan Pendidikan. Yogirahma.wordpress.com. Diunduh tanggal  16 Desember 2014

_________,. 2014. Makalah Lingkungan Pendidikan. docs.google.com. Diunduh tanggal 10 Desember 2014